Sepuluh tahun terakhir, sektor pertanian Indonesia menghadapi tantangan serius. Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Sensus Pertanian 2023 mengungkap jumlah unit usaha pertanian perorangan turun signifikan dari 31,7 juta pada 2013 menjadi 29,3 juta pada 2023. Penguasaan petani terhadap lahan pertanian juga semakin menyusut. Hal ini terlihat dari jumlah petani dengan lahan kurang dari 0,5 hektare justru naik dari 14,2 juta menjadi 16,8 juta rumah tangga.
Apa yang diungkapkan BPS tersebut sejatinya tak terlalu mengejutkan. Dalam satu dekade terakhir petani memang dihadapkan pada beragam masalah pelik yang seakan membuat sektor ini dijauhi. Misalnya, desakan dari sektor lain yang memaksa terjadinya alih fungsi lahan, perubahan iklim yang ekstrim, sulitnya akses terhadap pupuk, harga jual yang tidak pasti hingga serangan hama dan penyakit yang memicu gagal panen.
Dalam kondisi yang serba tidak menguntungkan itu, beruntunglah petani yang menggeluti sektor pertanian hortikultura. Hal ini terlihat dari data BPS 2023 yang menunjukkan Nilai Tukar Petani (NTP) hortikultura (terutama petani sayuran dan buah) sebesar 111, sementara petani pangan hanya di kisaran 107 bahkan di tahun sebelumnya di bawah 100. Angka ini menggambarkan tipisnya margin keuntungan yang diterima petani pangan dan sebaliknya cuan yang lebih tebal yang berpotensi diraup petani sayuran.
Sebagai perusahaan benih terintegrasi di sektor hortikultura, PT East West Seed Indonesia (EWINDO) menyadari peran pentingnya dalam mendorong praktik pertanian yang menyejahterakan petani sejak awal beroperasi, di masa kini hingga masa yang akan datang melalui upaya melindungi lahan dan ekosistem. Penerapan praktik pertanian berkelanjutan akan membuat produksi sayuran terus terjaga, petani makmur dan bahagia, dan masyarakat tidak kekurangan asupan makanan bergizi. Bagi EWINDO, penerapan prinsip keberlanjutan sangatlah penting untuk menjamin produktivitas sistem pertanian jangka panjang demi ketahanan pangan.
EWINDO memiliki enam prinsip yang menjadi panduan dalam menavigasi berbagai elemen di lahan hortikultura. Prinsip-prinsip tersebut di antaranya adalah selalu memberikan pelayanan unggul untuk mendukung keberhasilan petani, menyediakan varietas benih sayur dan buah sesuai kondisi lokal dan permintaan pasar serta mengintegrasikan teknologi inovatif untuk kemajuan pertanian hortikultura yang berkelanjutan.
Salah satu contoh inovasi yang lahir dari EWINDO dan sangat monumental adalah benih bawang merah, yang lebih dikenal dengan TSS (True Shallot Seed), yang muncul karena keresahan terhadap input pertanian budidaya bawang merah dengan kualitas seadanya. Saat itu, bibit bawang berasal dari umbi atau impor dengan harga mahal. Dari situ, EWINDO mengembangkan TSS yang terbukti memberikan potensi provitas lebih tinggi bagi petani, rata-rata per hektare 25 ton untuk TSS dibanding sekitar 10 ton dari bibit umbi. EWINDO juga mengedukasi petani sayuran tentang penggunaan pupuk organik cair (POH) melalui penyuluhan dan pendampingan langsung.
Peringatan Hari Tani Nasional adalah momentum penegasan komitmen EWINDO sebagai sahabat petani yang paling baik untuk menjawab tantangan serius sektor pertanian dan peningkatan kesejahteraan petani Indonesia.