Nomor SK Kementan: | 030/Kpts/SR.120/D.2.7/2/2019 |
Rekomendasi Dataran: |
Menengah
|
Ketahanan Penyakit*: |
Br
|
Umur Panen (HST)*: | 48 - 55 HST |
Bobot per Buah (g)*: | 1300 gr/ buah |
Potensi Hasil (ton/ha)*: | 25 - 30 tons/ Hectare |
PVT: | - |
* Note:
Ketahanan penyakit, umur panen, bobot dan potensi hasil tergantung pada lingkungan dan perlakuan budidayanya.
Tips Menanam:
Menjelang panen disarankan untuk dipupuk MKP agar bisa panen serentak.
A. PERSIAPAN LAHAN
Pengolahan lahan dilakukan agar aerasi, drainese tanah baik serta membunuh organisme pengganggu tanaman. Tanah dicangkul dan langsung dibuat bedengan sementara. Di atas bedengan disebar pupuk kandang sebanyak 2 - 4 kg / m², pupuk SP-36 sebanyak 15 g / tanaman KCL 15 g / tanaman lalu di tutup tanah kembali dan dibuat bedengan dengan ukuran 1 m tinggi 30 cm dan lebar drainase 40 cm. Setelah bedengan rapi, kalau menggunakan mulsa plastik bedengan ditutup dengan mulsa plastik dan dibuat lubang tanam dengan jarak tanam 60 cm x 50 cm.
B. PERSEMAIAAN
Sebelum disemai benih direndam selama 1 jam dengan air hangat untuk mempercepat perkecambahan. Media semai yang digunakan berupa tanah bagian atas pupuk kandang yang halus dan arang sekam dengan perbandingan 1:1:1. Media diisikan pada polybag atau bak khusus untuk persemaian dan media diusakan lembab, benih yang telah direndam siap untuk disemaikan. Dalam pesemaian bibit siap ditanamkan pada usia 20 – 25 HSS (hari setelah semai).
C. PENANAMAN
Penanaman dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat tanam bibit dipilih terlebih dahulu yang sehat dan vigor. Jika kondisi panas selama satu minggu penyiraman dilakukan satu atau dua hari sekali. Penyulaman dilakukan jika ada tanaman yang mati atau pertumbuhan yang kurang normal. Jarak tanam yang optimal dalam barisan 40 - 50 cm dan antar barisan 60 - 70 cm.
D. PEMELIHARAAN
Untuk mendapatkan hasil yang optimal kubis perlu diberikan pupuk susulan sesuai dengan kebutuhan dan usia tanaman, jenis pupuk dan dosis yang diberikan pada tanaman kubis adalah :
Bisa dilakukan dengan dikocorkan atau ditugal disesuaikan dengan kondisi cuaca.
E. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
1. Ulat tanah ( Agrotisipsilon )
Pengendalian dengan cara mekanis agak sulit dilakukan karena hama ini kalau siang hari bersembunyi di dalam tanah. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif Beta Siflutrin dosis 1 – 2 ml / liter.
2. Ulat daun (Plutella xylostella dan Crocidolomias)
Pengendalian dengan cara sanitasi lingkungan disekitar area tanaman, penyemprotan insektisida yang berbahan aktif Emamektin Benzoat dengan dosis 0,5 gr/liter atau Spinetoram dengan dosis 0,5 – 1 ml/ liter.
3. Ulat grayak
Pengendalian dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif Sipermetrin dengan dosis 1 – 2 ml/ liter.
4. Penyakit Akar Gada
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Plasmodiophora brassicae pada siang hari tampak layu namun untuk pagi dan sore hari tampak segar. Pengendalian penyakit ini bisa menggunakan fungisida berbahan aktif Flusulfamid 200 kg / ha.
F. PEMANENAN
Kubis ini cocok untuk dataran rendah - menengah serta tahan kekeringan. Tanaman mulai dapat di panen pada umur 70 – 85 HST ditandai dengan tanaman suduh padat. Produktifitas dapat mencapai 2 – 3,5 kg per tanaman serta potensi panen 55 ton per hektar. Pemanenan dapat dilakukan dengan cara dipotong pada pangkal batangnya dan daun paling bawah yang sudah tua dan kering dibuang.
1. BERCAK BAKTERI (Black Rot)
Gejalanya pada tepi daun layu menguning (klorosis) dan berkembang terlihat seperti bentuk huruf “V”. Tulang daun pada bagian yang mengalami klorosis berubah warna menjadi hitam. Pada serangan lanjut, bagian terserang mengalami gejala nekrosis dan berwarna cokelat. Mudah disebarkan oleh cipratan air. Penyakit ini bersifat seed borne atau terbawa benih. Pengendalian dengan membuang dan musnahkan bagian tanaman yang telah terinfeksi, melakukan rotasi tanam dengan tanaman non-inang dan aplikasi baktersida dengan bahan aktif Streptomycine, Asam Oksolinik, dan Dazomet.
2. BUSUK HITAM (Soft Rot)
Gejala awal berupa luka seperti tersiram air panas, lalu berkembang dengan cepat, bagian terserang menjadi berwarna cokelat dan mengeluarkan aroma bau busuk.Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pectobacterium spp (Erwinia spp). Bakteri ini dapat bertahan di dalam tanah dan sisa-sisa bagian tanaman. Luka akibat proses kultivasi, serangan serangga, panen, merupakan awal dari infeksi bakteri ini. Bakteri ini dapat disebarkan oleh saluran air, hujan, dan juga serangga. Penyakit ini berkembang dengan cepat pada suhu yang cukup hangat (25-35°C), kondisi yang lembab dan curah hujan yang sangat tinggi. Banyak ditemukan di dataran menengah dan tinggi. Pengendalian dengan menghindari pelukaan akibat kegiatan kultivasi, penyimpanan dan pengiriman hasil panen, tanaman terserang sebaiknya dicabut agar tidak menularkan ke tanaman yang sehat kemudian menjaga kelembaban di sekitar tanaman dan aplikasi bakterisida dengan bahan aktif Streptomycin, Oksitetrasiklin.
Perusahaan memberikan jaminan atas mutu benih sesuai dengan standar pemerintah. Tanggung jawab perusahaan adalah terbatas pada jumlah benih yang dibeli dan tidak termasuk biaya lainnya.
Saya Mengerti